Saturday, January 15, 2011

Foto Jurnalistik

Jurnalistik identik dengan pers atau bidang kewartawanan, yaitu kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita melalui media massa. Dari pengertian tersebut bisa diartikan jurnalistik foto adalah pengetahuan jurnalistik yang obyeknya foto atau kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan foto yang mengandung nilai berita melalui media massa.
Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik (komunikasi). Jurnalistik foto adalah "ilmunya", sedangkan foto jurnalistik adalah "hasilnya".

Foto jurnalistik adalah karya foto "biasa" tetapi memilki nilai berita atau pesan yang "layak" untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media massa.
Ada beragam definisi tentang foto jurnalistik (Inggris : photo journalism) yang disampaikan para pakar komunikasi dan praktisi jurnalistik. Namun secara garis besar, menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom, foto jurnalistik adalah paduan antara gambar (foto) dan kata.
Jadi, selain fotonya, foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata-kata yang terangkum dalam kalimat yang disebut dengan teks foto / caption foto, dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau berita yang akan disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.


WARTAWAN FOTO / PEWARTA FOTO

Clifton Edom dalam karyanya "Photojornalism, Principles and Practices" menyebutkan, seorang pewarta foto pertama-tama adalah seorang wartawan. Mereka harus memotret langsung di jantung peristiwa yang tengah panas-panasnya, mereka tidak bisa menciptakan suatu foto dengan hanya mengangkat telepon. Mereka adalah mata dunia dan selalu harus bisa melihat dari dekat apa yang terjadi dan melaporkannya.
Kesimpulan Edom diperkuat oleh pendapat dari penyunting artistik senior di Fittburg Press, Bruce Baumann, yang menyebutkan hal terpenting bagi seorang pewarta foto adalah berpikir bahwa dia adalah seorang wartawan, yang kedua baru dia bertindak sebagai seorang fotografer.
Dalam buku "Photojournalism, The Visual Approach" karya Frank P Hoy menyebutkan ada tiga jenjang yang baik sebagai basis seseorang yang akan memilih berkecimpung menjadi wartawan foto.
Pertama, snapshot (pemotretan sekejap), adalah pemotretan yang dilakukan dengan cepat karena melihat suatu momen atau aspek menarik. Pemotretan ini dilaukan dengan spontan dan reflek yang kuat. Jenjang pertama ini masih menyangkut pendekatan yang lebih pribadi.
Kedua, fotografi sebagai hobi. Dalam tahapan ini fotografer mulai menekankan faktor eksperimen dalam pemotretannya, tidak hanya sekedar melakukan snapshot saja. Dalam tahap ini biasanya fotografer mulai tertarik lebih jauh pada hal-hal yang menyangkut fotografi.
Tahap berikutnya, art photography (fotografi seni), suatu jenjang yang lebih serius. Berbagai subyek pemotretan dilihat dengan interpretasi yang luas. Ekspresi subyektif terlihat dalam karya-karya pada tahapan ini. Kejelian, improvisasi, kreasi dan kepekaan terhadap subyek menjadi basis pada jenjang ini.
Akhirnya, photojournalism (pewarta foto) berada pada tahap selanjutnya. Artinya dalam mengemban profesi tersebut, maka seorang pewarta foto dianjurkan menguasai dengan fasih ketiga jenjang yang telah disebut tadi.

No comments:

Post a Comment